Pencerita Tak Bermakna

Saya suka menulis dan bercerita. Saya sering sendiri dan terkadang otak saya seperti menuturkan apapun yang sedang dirasakan, dan daripada saya lupa akan kata kata yang terkadang indah itu, lebih baik saya menuliskannya.
Tempat menulisnya, ah, tergantung pada mood saya saat itu. Kadang di buku jurnal saya, buku jurnal yang orang sekitar saya kenal sebagai Mistery of The Yellow Book, atau di salah satu dari sekian banyak SNS yang saya miliki.
Ya, dari sini lah timbul hal yang kadang membuat saya ingin tertawa terbahak bahak.  Saya suka menulis karangan atau dialog yang cukup panjang, dan teman teman saya kadang membacanya, lalu berkomentar. Ah, lucunya komentarnya sama saja, seperti, "Maksudnya apa?" atau "Gak ngerti".
Padahal maksudku menulis adalah untuk bercerita, bukan meminta atau memaksa mereka untuk memaknai dan mengerti. Lagipula menurutku, masing masing manusia punya ceritanya sendiri, dan mindset mereka dalam memahami suatu hal pasti berbeda. Ah, mungkin bukan hanya menurutku, mungkin banyak juga penulis penulis yang berpemikiran seperti ini. Karena memang benar, lagian tidak lucu kan jika kalian membaca Hujan Bulan Juni karya Pak Sapardi lalu menanyakan pada penulisnya, "Pak ini maksudnya apa? Saya gak ngerti." Lebih baik dipahami sendiri, kan?

Dan bukankah jika kalian memahami sesuatu menurut sisi kalian sendiri, semuanya akan terasa lebih mudah dan indah?
Terimakasih sudah membaca!
Salam sayang,
Esha.

Komentar